Orientasi

I would write about how much I’ve changed lately.

question_mark_by_bushlemon

Dulu saya pernah berada di sebuah tempat yang sebagian besar orang memiliki orientasi profit. Kebanyakan hal yang kita lakukan diukur dengan uang. Alat ukur yang tak akan pernah memuaskan obyeknya. Nah ketika mereka berorientasi pada dunia, kala itu orientasi saya berbeda. Kalau masalah uang, bagi saya yasudahlah rizki itu tidak selalu berbentuk materi. Ada yang lebih penting daripada itu. Teman yang baik dan tempat kerja yang kondusif adalah bentuk lain rizki yang jarang kita prediksi.

Orientasi saya adalah happiness alias kebahagiaan. Saya punya buku kecil (saya bikin sendiri) yang saya sebut “buku misi”. Saya menuliskan setiap rencana harian saya di buku tersebut, termasuk terselip beberapa curhatan. Hahaa~ yeah girl. Bagi saya segala sesuatu adalah tantangan dan saya suka meng-improve kemampuan saya. Saya yang butuh menjadikan diri saya menjadi pribadi yang lebih baik. Lebih berani menghadapi banyak hal. Saya suka mempelajari hal-hal baru, menyukai tantangan.

Ah, tapi ternyata orientasi saya pun keliru. Sebab ketika sesuatu yang membuat saya happy itu hilang, jadilah saya kehilangan tujuan. Goyah. Tiba-tiba merasa dunia tak lagi menyenangkan.

Itu dulu sampai saya merasa tertampar oleh perspektif baru yang baru saya temui. Dua tahun saya beradaptasi. Membolak-balikkan pola pikir yang telah terbentuk dalam diri saya. Sulit luar biasa. Mengingat betapa keras kepalanya saya. Mengingat betapa tingginya harga diri saya. Mengubah perspektif saya. Menyamakan frekuensi saya dengan frekuensi komunitas tersebut.

Kini, jika dibilang saya berubah? Ehm, lumayan. Let say I’m growing 🙂

Orientasi saya sekarang adalah Allah. Segalanya Allah. Dan itu lebih dari cukup. Hidup saya saat ini sudah bahagia. Dan jika ada kebahagiaan lebih, itu bonus dari Allah lah.

Sesuatu yang paling saya benci adalah tidak punya tujuan. Saya selalu kagum dengan mereka yang punya tujuan jelas. Saya pernah iri setengah mati pada seseorang yang punya gambaran jelas mimpinya. Sekarang sih saya sudah tak punya rasa iri apapun, saya bangga dengan diri saya sendiri.

Jadikan Allah sebagai orientasi kita. Jadilah manusia yang menyebarkan manfaat sebanyak-banyaknya. Jangan lelah belajar, semoga dengan bertambahnya ilmu bertambah pula ke-tawadhu’ an kita serta bertambah nilai kebermanfaatan kita bagi sesama.

Tulisan ini pure sebagai pengingat diri.