Time Flies

Everything has changed. Everyone has changed. It’s only me who still the same 🙂

Hari ini salah satu teman saya merayakan hari bahagianya. Saya datang tanpa undangan, hanya berbekal informasi dari jeng Tri. Setelah malam sebelumnya menyiapkan bungkusan sesuatu. Bukan kado. Hanya kertas yang ketika melihatnya bring back memories. Kertas bertulis tanggal kami berdua skipped school, izin dari pemberkasan UTS, eh malah telat datang. Lucu.

Bertemu dengan teman-teman lama. Ya alhamdulillah they still noticed me, masih menegur saya, menanyakan kabar masing-masing. Hisashiburii… Long time rasanya nggak ngegosip sama jeng Tri. Really miss her so much. Really miss all of them so much. Mereka semua sampai kapanpun adalah teman-teman saya. Mereka semua sampai kapanpun adalah keluarga saya. Orang-orang yang mengajari saya buanyaak hal. My Al Falah Ketintang Family.

Dulu ketika saya resign dari alfalah, saya berazam jika saya kembali bekerja di sekolah maka sekolah itu minimal sebaik alfalah. Saya berazam pula jika kelak saya menikah, saya ingin keluarga besar alfalah hadir disana. Semoga selalu kompak dalam ukhuwah Islam.

Barakallaah.. dear Ustadzah Tesa dan Suami. Semoga samawa, langgeng sampe maut memisahkan, cepat diberi keturunan yang sholih sholihah.

When arms can’t reach each other, let’s hugging with prayers.

jeng-tri-jeng-hanna

Buat saya itu prinsip

167913582

Agak curhat ya… setelah sekian lama tidak menulis.

Tentang kebiasaan saya ketika SMA dulu. Saat masih berstatus siswa dan masih culun. Saya cukup sering mengunjungi perpustakaan untuk meminjam buku. Atau kadang pinjem dari temen. Buku apa?

Novel.

Novel apa?

Teenlit.

Yes. Teenlit yang isinya pacar-pacaran itu. Teenlit yang so sweet so sweet an itu.

Tapi, saya nggak pernah pacaran. Buku memang amat banyak mempengaruhi pola pikir kita. Jadi sebelum saya membaca teenlit atau sambil membacanya, saya pun membaca buku lain. Salah satu favorit dan paling manfaat adalah kisah serial fiksi “Betty Ta Iye” karya Fauzan Muttaqien. Sudah pernah saya review di blog ini. Search by yourself ya. Buku itu satu diantara penyebab saya anti pacaran.

Saya meski tipikal manusia keras kepala tapi saya lunak jika diberikan alasan ilmiah dan logis. Ilmiah artinya berdasar Qur’an dan Sunnah. Logis artinya bisa diterima akal manusia.

Akhirnya sampai usia seperempat abad ini, saya punya prinsip. Prinsip yang masih saya pegang hingga detik ini. Tentu itu semua karena RAHMAT dan KARUNIA Allah sebenarnya, bukan karena saya sama sekali. Tidak sama sekali karena diri saya sendiri.

Bagi saya, nggak pacaran itu prinsip. Berteman dengan banyak orang itu baik, tapi tetap ada batasan. Kadang saya juga suka kesel sama gaya sok cool, arrogant, ignorant saya. Saya nggak bisa mengubah gaya angkuh saya menjadi lebih cute ke-cewek-an gitu. Kita punya jarak aman.

Sama seperti itu, nggak majang foto juga prinsip. Saya bukan yang nggak ng-upload foto diri sama sekali. Tapi sekali lagi ada batasan. Nggak semua hal perlu kita publikasikan. Hal-hal spesial justru lebih istimewa jika disimpan sendiri.

Buat saya semua itu prinsip.

Saya bukan manusia sempurna. Hanya seorang guru biasa, yang lebih sering khilaf. Yang lebih banyak ditutupi oleh Allah aibnya.

Gimanapun juga kita harus punya prinsip dalam hidup. Punya target dan punya tujuan. Wanita nggak melulu yang so cute. Bagi saya wanita itu harus cerdas, tegas, punya prinsip, bisa diandalkan. Selain harus beradab, berakhlak, bertindak sesuai kodratnya.

Bismillaah, semoga kita semua bisa menjaga prinsip kita.