Dari Bilik Sebuah Kamar

Penulis menyatakan bahwa buku ini isinya bermacam-macam. Sebagai pembaca saya sepakat, buku ini isinya bermacam-macam. Saya belum bisa menarik benang merah tentang tema atau hubungan antarbab. Kecuali satu hal, bahwa buku ini ditulis dengan tujuan agar setiap bab bisa memberi manfaat. Mungkin itulah hubungan antarbab, kesamaannya adalah sama-sama memberi manfaat.

Dari sekian macam topik yang dibahas penulis, saya paling tertarik ketika penulis menceritakan tentang almamater beliau – Gontor. Secara lugas penulis bisa bercerita seperti apakah lembaga pendidikan yang sudah berdiri sekian tahun tersebut. Secara tegas penulis menyatakan kekagumannya pada kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, nasihat para kiai, dan aktivitas yang ada di Gontor. Sementara saya sendiri bergumam, “Orang ini benar-benar mencintai dan bangga terhadap almamaternya.”

Jika Anda mempunyai teman yang alumni Gontor, Anda akan bisa menyimpulkan seperti apa produk lulusannya. Saat Anda mengenal alumni Gontor, Anda mungkin akan berdecak “Ah~ pantas saja wong alumni Gontor”. Seperti itu juga yang saya simpulkan dari beberapa orang yang saya kenal, meskipun ya tetap saja ada ‘oknum’. Begitu pula ketika saya membaca buku ini, rasanya para alumni ini berlomba-lomba untuk menyebarkan manfaat sebagaimana para kiai pernah berpesan.

“BERANI HIDUP TAK TAKUT MATI, TAKUT MATI JANGAN HIDUP, TAKUT HIDUP MATI SAJA.” Nasihat dari Kiai pendiri Pondok Modern Gontor. Sebelum membaca tulisan ini, saya pernah mendengar cerita dari teman saya. Dan setiap kali bercerita teman saya itu selalu penuh semangat seolah membayangkan sedang berada dalam atmosfer pesantren besar tersebut.

Buku ini sebetulnya menceritakan tentang sudut pandang penulis dalam melihat segala sesuatu. Sudut pandang yang banyak terpengaruh dari latar belakang pendidikannya. Termasuk tentang berdakwah, tentang bagaimana seharusnya menjadi ulama yang intelek bukan intelek yang tahu agama. Saya sepakat dengan pernyataan beliau bahwa dakwah itu merangkul bukan memukul. Dakwah itu dengan hikmah. Selain itu saya juga sepakat tentang bagaimana penulis menjelaskan tentang profesionalisme, dimana hal tersebut hampir luntur pada saat ini. Rupanya sikap profesional adalah bagian dari kesalehan.

Al Qur’an sangat menentang tindakan-tindakan yang tidak produktif. Hal ini berkaitan erat dengan waktu. Oleh Al Qur’an manusia diseru untuk mempergunakan waktu sebaik mungkin. Caranya dengan menginvestasikan waktu; mengisinya dengan tindakan-tindakan positif dan kerja produktif. Manusia yang tidak mempergunakan waktunya dengan baik termasuk dalam golongan yang merugi. [halaman 97]

Demikianlah bekerja dengan serius dan profesional adalah sebuah ajaran dan bahkan kewajiban. [halaman 100]

Mengingatkan kita kembali bahwa profesionalisme, produktivitas, dan kreativitas adalah bagian dari kesalehan. Bagian dari kewajiban kita sebagai muslim.

Kekurangan buku ini adalah tidak adanya tema khusus yang menghubungkan tiap bab, dan agak tidak adil karena buku ini subyektif berdasarkan sudut pandang penulis dalam menilai sesuatu. Sehingga mungkin agak membosankan, termasuk apa hubungan judul buku dengan isinya. Tapi bagi yang penasaran seperti apa Pondok Pesantren Gontor, buku ini cukup memberi gambaran.

dari bilik sebuah kamar

Paperback, 296 pages
Published January 2nd 2014 by Elex Media Komputindo
ISBN13: 9786020229072
Edition Language: Indonesian
Baca dan pahami semua ilmu, jangan dibatasi oleh pelajaran kuliah. Tidak mengapa jika seorang calon dokter mempelajari sastra. Tidak ada salahnya pula jika seorang calon insinyur memahami ilmu agama. Sebab kemampuan seorang pemuda betul-betul ditentukan oleh seberapa banyak pengetahuan yang dia miliki. [halaman 68]

Betty Ta Iye

Apa yang terlintas dipikiran kita ketika membaca judul tersebut? Serial telenovela jaman dulu tentang perempuan cupu yang bertransformasi menjadi cantik. Ataukah tentang salah satu logat daerah di Indonesia? Tepat! serial ini memang berhubungan dengan kedua hal tersebut.

Kisah SMA memang selalu menarik untuk dibahas. Jika sebagian penulis lain memilih menulis tema cinta monyet anak SMA, maka lain halnya dengan buku ini. Selain persahabatan, penulis juga memasukkan nilai-nilai Islam yang sesuai porsi anak SMA disertai gambar ilustrasi di setiap bab.

Buku ini dikemas secara ringan, bahasanya renyah dan mudah dimengerti terutama karena sasarannya adalah anak SMA. Jika saat ini kita sudah bosan dengan remaja yang tawuran, remaja yang ngedrugs, atau remaja yang MBA, maka buku ini bisa jadi alternatif karena tokoh-tokohnya merupakan tipikal remaja muslim yang patut diteladani. Setiap tokoh memiliki karakter berbeda dan ciri khas masing-masing, kita akan merasakan bahwa setiap tokoh tersebut benar-benar hidup. Misalnya saja si Ibnu, sosok leader yang bijaksana; Kautsar yang kekanak-kanakan; dan Setya, detective to be yang cadel. Kita akan dibuat terkekeh oleh tingkah para tokoh yang menggemaskan tersebut.

Pada salah satu bab berkisah tentang Betty, wanita berusia 25 tahunan blasteran Jawa-Madura yang berpenampilan nyentrik ala tahun 70. Setiap kali berbicara si Betty ini selalu mengakhirinya dengan kata ‘Ta Iye’, akhirnya kita bisa menyimpulkan darimana nama dan judul Betty Ta Iye itu berasal.

Dakwah ala remaja. Tidak perlu dengan bahasa baku dan diforum formal. Buktinya Ibnu, dkk bisa berdakwah dengan cara mereka sendiri. Buku ini seru untuk dibaca, lagi-lagi terutama bagi kalangan remaja. Mengingat saat ini kita sendiri mengetahui bagaimana gaya hidup remaja, akan tetapi tetap ada remaja yang berjuang menyerukan yang Haq, akan tetap ada remaja yang mendakwahkan Islam. Jika Anda adalah anggota SKI atau anak rohis di sekolah, membaca buku ini rasanya seperti ikut berjuang bersama Ibnu, dkk.

Saya sendiri memiliki buku ini sejak SMP, selain senyum-senyum sendiri, buku ini juga memberi banyak ilmu baru bagi saya kala itu. Misalnya saja saat Ibnu, dkk menyebutkan hadist bahwa perempuan yang kelihatan auratnya tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium bau surga. Atau tentang haramnya pacaran dan bagaimana menyikapi perasaan terhadap lawan jenis. Saya malah berpikiran bahwa buku seperti ini mestinya wajib ada di perpustakaan sekolah.

betty ta iye

Paperback, 196 pages
Published 2004 by Gema Insani Press
Original Title: Betty Ta Iye (Serial Ibnu Cs)
Edition Language: Indonesian
setting: Indonesia
“Allah tidak menilai hambanya da(r)i kemampuan menyebut (r), tapi da(r)i ketakwaannya.” [Setya, tokoh Betty Ta Iye]

Benarkah Matahari Mengelilingi Bumi? #part 1

Bacaan berat yang sebenarnya hingga detik ini saya belum berhasil menamatkannya. Kalau ada orang yang nggak suka nonton film kepotong, maka saya juga nggak terlalu suka membaca buku lalu kepotong. Mending baca buku seharian atau beberapa hari tetap membawa buku yang sama. Sehingga bisa totalitas memahami isinya.

benarkah matahari mengelilingi bumi

Buku ini terbitan tahun 2015 tapi anehnya ketika saya search di goodreads tidak muncul buku dengan judul tersebut, bahkan ketika saya search nama penulisnya pun tidak muncul.

Saya sudah cukup lama membeli buku ini, sekitar tahun lalu. Langsung saya baca karena memang sudah kepo banget sama pembahasannya, tapi you know ini ba-ca-an be-rat! bayangkan ada dalil dan rumus serta penjelasan rumit dalam sebuah buku. Hingga saat ini saya stuck di halaman 326/449. Saya bertekad membaca ulang buku ini dengan pikiran lebih jernih dan mengurungkan niat membeli buku baru meskipun pengen banget.

Sejujurnya saya agak takut membaca buku ini, karena saya baru tahu ternyata ada hadist tentang matahari yang mengelilingi bumi. Sementara sejak SD hingga seusia ini saya diajarkan bahwa bumi lah yang mengelilingi matahari. Makanya saya penasaran dan berharap ada jawaban dari buku ini, bagaimana jika ternyata selama ini saya ditipu oleh buku paket IPA. Tapi toh kita tidak bisa menelan mentah-mentah dalil yang baru didapatkan, saya ini bukan ahli hadist ataupun ulama, menerjemahkan hadist sesuka hati itu namanya bunuh diri. “Jika ingin belajar agama jangan belajar sendiri tapi carilah guru yang expert di bidangnya”. Jadi *maaf* saya membacanya antara takut ditipu oleh buku IPA dan ditipu oleh penulis buku ini.

Sebuah tulisan bisa sangat menakutkan, bisa jadi mencuci otak kita. Itulah kenapa kita harus memperteguh akidah kita dulu.

Meskipun hal ini adalah masalah dunia. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam jelas mengatakan: “Kalian lebih mengerti urusan dunia kalian” [HR. Muslim]. Terkadang saya merasa yasudahlah ya, serahkan saja pada ahlinya. Jika Dr. Zakir Naik saja menjawab bahwa cinta apa yang kita persembahkan untuk Rasulullah jika celana cingkrang saja masih diperdebatkan, ketika beliau ditanya mengenai isbal. Jelas jelas itu masalah syariat, lantas hal ini yang merupakan masalah dunia kenapa pula lebih diperdebatkan.

Sepanjang saya membaca buku ini hingga halaman 326, buku ini tidak pernah berpihak pada salah satu teori, baik heliosentris atau geosentris. Justru kita akan satu persatu diajak menyelami pemikiran ilmuwan yang mencetuskan masing-masing teori. Sekaligus kita akan diajak mempelajari fisika beserta rumus-rumusnya. Sehingga semestinya kita akan memperoleh ilmu plus plus setelah membaca buku ini.

Diwaktu lain saya pernah mendengar penuturan Andy Octavian Latief, seorang doktor atau calon doktor dibidang fisika, mengatakan bahwa dalam fisika gerak itu relatif tergantung titik acuan. Ketika kita melihat matahari sebagai titik acuan maka bumilah yang sedang mengelilingi matahari. Ketika kita melihat bumi sebagai titik acuan maka mataharilah yang mengelilingi bumi. Atau ketika kita mengambil titik acuan diluar matahari dan bumi juga bisa. Dan kesemuanya amat mudah jika dicari persamaan matematisnya.

Mungkin lain waktu saya akan mereview kembali buku ini, di #part 2, setelah saya usai membaca. Dan saya juga tertarik untuk memiliki buku serupa dengan judul berbeda (Matahari Mengelilingi Bumi) oleh Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, sebagai pengetahuan tambahan.

 

Sambil mendengarkan kajian dari Ahmad Sabiq Abu Yusuf (Matahari Mengelilingi Bumi)

Teacher’s Diary and kelas sebelas’ thought

Mengisahkan seorang guru bernama Bu Ann yang harus dipindahkan ke sekolah ‘terpencil’ di tengah laut karena tato tiga bintang di tangannya. Di sekolah tersebut Bu Ann mengajar tujuh orang anak SD yang masing-masing berbeda kelas. Semua keseharian Bu Ann di sekolah itu selalu ditulis dalam sebuah buku kecil. Apapun yang dirasakan Bu Ann selalu ditulis, tentang murid-muridnya, tentang kehidupan pribadinya, dan tentang dirinya.

Selang beberapa waktu dari keberadaan Bu Ann, seorang guru laki-laki ditugaskan mengajar di sekolah tersebut. Guru itu bernama Pak Song, seorang guru yang ceria dan penuh semangat. Sebelum mulai resmi mengajar, Pak Song secara tak sengaja menemukan sebuah buku usang. Ternyata itu adalah buku milik Bu Ann yang ditinggalkan. Begitulah akhirnya Pak Song mengajar di sekolah sambil membaca buku milik Bu Ann. Pak Song banyak terinspirasi dan banyak belajar dari tulisan Bu Ann. Sampai seolah Pak Song itu sedang berbicara dengan Bu Ann.

Banyak pesan yang bisa kita dapatkan dari film ini, tapi aku khusus mengambil satu saja. Tentang menulis. Benar! bahwa menulis bisa mengubah seseorang.

By the way, pekan lalu aku nonton film ini bersama anak kelas sebelas. Dan karena ‘tidak ada makan siang gratis’, sebagai gantinya mereka aku minta menuliskan apa saja yang mereka dapatkan dari film ini. Sebenarnya aku penasaran tentang apa yang mereka tangkap dari film, dan berharap mereka bisa menyoroti dari berbagai sudut. Hasilnya yaah nggak terlalu mengecewakan sih tapi kurasa mereka kurang berani dalam menulis pendapat mereka, padahal waktu yang kuberikan cukup lama. Bagiku kurang sesuai saja antara hasil dengan selang waktunya. Though, menulis ini nggak pake persamaan apapun kan? Oke dari sekian kertas, aku memilih beberapa tulisan berikut.

fera

 

Tulisan Fera ini yang paling banyak, selembar penuh dan ada delapan poin. Aku menangkap maksud belajar dari sejarah, bahwa kita bisa belajar dari pengalaman orang lain dengan tambahan mengambil yang baik dan membuang yang jelek. Bagaimanapun guru juga manusia, tak jarang melakukan kesalahan. Nah ketika seorang guru berbuat salah, maka kita sebenarnya juga belajar. Kita belajar untuk menjadi bijak. Kalimat lain yang mau aku tebalkan adalah supaya murid akrab dengan pendidik tapi tidak boleh kebablasan. Yes, nowadays murid-murid itu kadang memperlakukan gurunya seperti temannya. Tetap ada adab antara guru dan murid.

mitha

Selanjutnya adalah tulisan Mita. Dia bilang yang namanya jodoh pasti akan bertemu meskipun harus belok kanan, kiri, lewat batu besar, kecil. Iya tentu, di film ini kita bisa merasakan bagaimana komunikasi antara Pak Song dan Bu Ann yang walaupun tak pernah bertemu tapi saling terhubung. Terhubung melalui diary, melalui sekolah, melalui murid-murid dan yang pasti melalui takdir. Kita sudah pasti akan tertegun dan meleleh ketika kita mengetahui bagaimana Allah mengatur semua urusan kita, termasuk jodoh. Dan apabila aku bisa mengulang kembali waktu dan memperbaiki yang telah terjadi, apabila semua misteri takdir tersingkap, aku akan tetap memilih jalan yang sama. Jalan yang sama yang telah dipilihkan Allah untukku.

Poin selanjutnya Mita bilang bahwa setiap pengajar mempunyai cara mengajar masing-masing. Kelak ketika mereka semakin dewasa, mereka akan semakin paham bahwa setiap guru pasti menginginkan yang terbaik untuk siswanya. Entah itu guru killer atau guru yang luar biasa sabar, dari guru-guru itulah kita belajar. Belajar untuk menjadi lebih bijak.

miss x

Terakhir, aku nggak tahu ini tulisan siapa karena tak bernama. Dilihat dari cara menulisnya yang nggak rapi dan banyak coretan itu, aku husnudzon itu Faiza. Tapi berhubung tidak resmi, baiklah sebut saja Miss X.

Menurutku Miss X ini lebih berani menyuarakan pendapatnya, apapun itu, dan kalimatnya  cukup menarik. Berbeda dari yang lain, Miss X menulisnya dalam bentuk narasi dan bukan per poin, which is good. Katanya mengajar itu bukan bukan tentang menyelesaikan soal-soal dalam berlembar-lembar kertas, tapi juga memahami dan mengerti tentang ilmu yang dipelajari. Sepakat! Nggak semua siswa di kelas kelak akan butuh fisika dalam hidupnya. Tapi dari fisika kita bisa belajar berpikir sistematis, kita belajar memahami masalah, belajar menganalisis informasi apa saja dari suatu masalah, lalu belajar mencocokkan teori atau persamaan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Secara tidak langsung, karena fisika itu mempelajari sifat ciptaan Allah, kita akan semakin mengenal pencipta kita. Kita pun lebih memahami bahwa Allah menciptakan alam semesta ini penuh keteraturan. Aku lebih ingin menanamkan supaya kita tidak menyerah dalam menghadapi masalah. Boleh nggak suka fisika, boleh ngggak bisa fisika, tapi jangan pernah menyerah berusaha. Usaha dan kejujuran itulah yang nilainya jauh lebih besar dan jauh lebih bermanfaat seumur hidup dibanding angka tertulis di rapor. Jadi berapapun nilai yang ada di rapor, kita akan hidup penuh kebanggaan selamanya atas usaha dan kejujuran sendiri.

Mengikuti perintah guru tanpa mengetahui sebab akibat yang dia pelajari, bukankah ia sedang ditipu? Tahukah, aku suka sekali bagian ini. Introspeksi diri bahwa sebagai guru kita harusnya memberi pengertian perlahan, memberi teladan, dan sebelum pelajaran baiknya menjelaskan apa manfaat kita mempelajari ini semua. Tapi sebagai murid, mungkin manfaat yang diajarkan guru tidak bisa dirasakan saat ini, bisa jadi bertahun-tahun kemudian. Yakin saja bahwa semua ilmu itu bermanfaat, secara langsung atau tidak, disadari atau tidak disadari. Paling tidak, semua ilmu yang kamu dapatkan itulah yang akan membentuk pola pikirmu.

Itu tiga terbaik dari tugas kali ini, tanpa memperhatikan urutan ya!

Semoga kita selalu menjadi pembelajar yang baik, semakin cinta dengan ilmu, selalu haus akan ilmu, dan diberi kemudahan dalam menuntut ilmu. Serta kelak bisa banyak memberi manfaat dan banyak menyebarkan energi positif.

Menulislah. Ketika mulutmu mungkin terlalu berat untuk bersuara, bisa jadi tulisanmu lah yang akan didengarkan. Menulislah, sebab dengan menulis mungkin saja kita bisa mengubah dunia. (Hanna N Izzati)

 

Begini Seharusnya Menjadi Guru

Bermula ketika Fera ingin membeli sebuah buku via online di Omah Buku Muslim (I won’t mention but you can googling them), dan karena memang aku juga haus bacaan ilmiah yasudah aku ngikut order.

Dari judul sudah jelas banget ya, ini buku tentang bagaimana menjadi seorang guru yang baik. Guru yang baik itu seperti apa? Tentu saja yang sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam. Di sampul tertulis bahwa buku ini berisi tentang metodologi pengajaran cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam. Nggak perlu ragu membacanya. Masa kita mau nyari contoh pengajaran dari ini dari itu tapi lupa dengan guru terbaik sepanjang peradaban.

Terima kasih untuk buku yang menyenangkan dan mencerahkan ini sebab melalui buku ini kita seolah diajak melihat cara Rasulullah shallallahu ‘alahi wasalam mengajar. As you know, he is the best teacher ever. Semakin kenal dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasalam dan semakin mengerti bagaimana seharusnya menjadi guru. Cara penyampaiannya sistematis per poin dan disertai dalil ilmiah, dan diakhir poin selalu disertai dengan kesimpulan.

Buku ini dibagi menjadi tiga bagian: Bagian pertama yaitu Karakter-karakter yang mesti dimiliki seorang pengajar, Bagian kedua yaitu Tugas dan kewajiban guru, Bagian ketiga yaitu Sistem dan metode mengajar.

Saya sarankan setiap guru membaca buku ini deh. Apalagi buat Anda Anda yang merasa guru baru, yang baru sebentar mengajar (kayak saya contohnya :p). Buku ini membuat kita mereview kembali tentang apa sebenarnya tujuan mengajar. Mereka menempatkan “ikhlas” di bagian awal pembahasan, sebagai salah satu karakter yang harus dimiliki seorang pengajar.

Demi Allah, berapa banyak ilmu yang bermanfaat dan amal-amalan yang mulia untuk umat, namun pemiliknya tidak mendapat bagian manfaat darinya sedikit pun dan hilang begitu saja bersama hembusan angin bagaikan debu yang berterbangan [hal. 5]

Sungguh buku ini dibuka dengan pembahasan yang krusial, urgent, pondasi utama dari amalan kita. Amalan tidak akan diterima kecuali dengan dua syarat: Ikhlas dan Ittiba’. Tamparan keras sebagai pengingat, bahwa apapun yang kita lakukan jika tidak disertai ikhlas karena Allah yasudah seperti debu berterbangan. Lantas dilanjutkan dengan karakter lain seperti jujur, serasi antara ucapan dan perbuatan, bersikap adil dan tidak berat sebelah, berakhlak mulia dan terpuji, dan seterusnya. Yoi ini bacaan wajib sob, bagiku sendiri supaya tidak bersikap berat sebelah atau membanding-bandingkan siswa.

Lebih dari itu semua, melalui buku ini kita semakin mengenal sosok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam yang akhlaknya adalah Al Qur’an.

begini seharusnya menjadi guru

Paperback, 6th Edition, 188 pages
Published January 2013 by Darul Haq
ISBN13: 9789791254311
Edition Language: Indonesian

Kelas

Pernah dengar tentang Akademi Berbagi? Ya, sama aku juga belum. Baru tahu apa itu Akademi Berbagi dari buku tulisan Ainun Chomsun ini.

Buku ini mengisahkan tentang mbak Ainun dalam mendirikan sebuah gerakan belajar yang diberi nama Akademi Berbagi (Akber). Beserta pola pikir beliau dalam memandang arti pendidikan itu sendiri. Tentang ilmu, tentang guru, tentang murid, tentang kelas, tentang relawan.

Menurut mbak Ainun, belajar tak melulu di dalam sebuah gedung mewah dengan tembok menjulang. Belajar tak melulu atas nama sebuah institusi bernama sekolah. Belajar tak melulu dibatasi oleh usia. Belajar tak melulu untuk mendapatkan gelar. Belajar tak melulu dengan biaya mahal. Belajar bisa dimana saja dan dari siapa saja.

Akber merupakan sebuah organisasi yang bisa melampaui keterbatasan arti belajar tersebut. Organisasi ini mengadakan kelas-kelas gratis dengan guru sesuai pakarnya. Organisasi ini dijalankan oleh orang-orang penuh semangat yang disebut relawan.

Semangat berbagi, itulah motivasi para relawan. Semangat menyebar manfaat untuk orang lain. Seluruh pengurus organisasi disebut relawan karena memang tak sepeser pun mereka dibayar. Tak ada upah bagi guru yang mengajar, tak ada pungutan dari murid yang datang, bahkan tempat pun juga didapat karena kebaikan orang lain.

Mbak Ainun menuturkan bagaimana ia merawat Akber sampai bisa seperti sekarang ini. Jatuh pasti pernah, tapi semangat untuk berbagi tak sedikitpun surut.  Mbak Ainun menyatakan bahwa yang paling penting bukan organisasinya melainkan manusianya. Saat ini Akber sudah memiliki relawan di berbagai kota dan sudah banyak mengadakan kelas. Manfaatnya bisa dirasakan oleh siapa saja, mulai dari murid yang datang serta para relawan yang dengan sukarela dan konsisten menjaga irama Akber.

Akber membuktikan bahwa dengan berbagi kita tidak akan menjadi semakin miskin, namun justru akan membuat kita semakin kaya. Akber membuktikan bahwa Berbagi bikin happy!

Membaca ‘Kelas’ ini rasanya terbakar, terbakar pengen ikut kelas Akber. Sekaligus merasa tertampar, sudahkah kita bermanfaat untuk orang lain? Sudahkah kita berbagi dengan sesama? Mari kita jadikan berbagi dan bermanfaat untuk umat itu menjadi sebuah lifestyle, terutama untuk anak muda sehingga terkesan lebih cool.

kelas

Paperback, 264 pages
Published October 2015 by Gagasmedia
Original Title: Kelas
ISBN: 9797808378
Edition Language: Indonesian

Tujuan Menjadi Baik

Jenis Macam Sabar

Jika tujuan kita menjadi baik adalah manusia, maka sudah pasti kita akan berhenti melakukan kebaikan karena tidak semua orang akan menghargai niat baik kita.

Jika tujuan kita menjadi baik adalah Allah, maka tak masalah ketika orang lain menghiraukan, sebab kita yakin Allah saja yang tahu itu sudah cukup.

Jika tujuan kita mencari ridho manusia, maka mustahil ketika kita menginginkan semua orang akan menyukai kita.

Jika tujuan kita mencari ridho Allah, maka Allah saja yang melihat itu sudah cukup.

Kita tidak akan bisa membuat semua orang menyukai kita. Mustahil membuat semua orang menerima kita. Entah kita salah satu benar, pasti akan ada orang yang tidak menyukai kita. Oleh karena itu, cukupkan saja semuanya dengan ridho Allah.

Ikhlas tidak perlu didefinisikan dengan rangkaian kata-kata indah karena ikhlas pun tidak memiliki alat ukur. Cukup Allah saja, itulah ikhlas.

Pun kita tidak perlu ikut menilai hati seseorang. Tidak perlu sok tahu dengan keikhlasan orang lain. Penuhi hati kita dengan perasangka baik. Positive thinking. Biasakan husnudzon dahulu.

Mari kita mereset tujuan kita menjadi baik.

Totto-chan

Buku lama yang baru kubeli. Tadinya nggak tertarik beli tapi berhubung buku yang kucari nggak ada, okelah ambil buku ini. Aku yakin banyak yang sudah membacanya dan bahkan katanya bagus.

Buku ini menceritakan tentang seorang gadis kecil bernama Totto chan yang suatu hari dikeluarkan dari sekolahnya karena tingkahnya yang aktif dan berbeda. Akhirnya Totto chan bersekolah di Tomoe gakuen. Secara umum berkisah tentang keseharian Totto chan ketika bersekolah di Tomoe gakuen, betapa Totto chan amat menyukai Tomoe gakuen.

Setting-nya adalah sebelum perang dunia II, ketika Jepang masih dijajah Amerika. Kita seolah-olah diajak berkeliling dan merasakan serunya menuntut ilmu di Tomoe. Kita akan dikenalkan dengan teman-teman Totto chan di Tomoe. Kita akan ikut makan siang bersama siswa-siswa Tomoe.

Terlepas dari itu semua, yang ingin aku garisbawahi adalah tentang sistem pendidikan Jepang. Di zaman itu (dan mungkin saat ini juga), kebanyakan orang menganggap bahwa sekolah haruslah sebuah bangunan besar yang terdiri dari kelas-kelas, jadwal ketat, dan peraturan mengikat. Tapi Mr. Kobayashi, kepala sekolah sekaligus pendiri Tomoe, berani membuat gebarakan dengan menciptakan sekolah yang gerbang depannya hanyalah dua pohon besar, gedungnya berupa gerbong kereta bekas, tanpa jadwal pelajaran, dan menerima semua keunikan siswa. Dia berani berpikir out of the box.

Ternyata Mr. Kobayashi ini banyak terinspirasi dari pendidikan Barat. Sebelum mendirikan Tomoe, Mr. Kobayashi melakukan perjalanan dan riset di Eropa. Dulu aku pernah baca di majalah Animonster, bahwa Jepang yang merupakan negara maju, dulunya adalah negara peniru. Jepang banyak meniru barat, kemudian diaplikasikan dan dikembangkan sendiri di Jepang. Dan menjiplak pun nggak sekedar menjiplak tapi juga memilah dan mencocokkan dengan budaya Jepang. Nah sekarang kita tahu bahwa Jepang adalah negara maju yang tidak meninggalkan budayanya.

Tomoe adalah sekolah yang bersedia menerima anak-anak yang difabel, ada beberapa anak yang tubuhnya berbeda. Dan lagi-lagi Mr. Kobayashi lah yang berperan penting dalam memberikan pemahaman bahwa semua manusia itu sama. Di Tomoe setiap anak diperlakukan sama, karena setiap orang itu unik. Tidak ada anak yang merasa minder dengan kekurangannya dan tidak ada anak yang merendahkan anak lainnya. Ada satu bab yang menceritakan siswa-siswa Tomoe berenang di sekolah. Dan karena tidak membawa baju renang akhirnya Mr. Kobayashi dengan sengaja mengarahkan supaya anak-anak berenang dengan telanjang. Menurut Mr. Kobayashi setiap tubuh itu indah dan sejak kejadian itulah anak-anak yang memiliki kekurangan dikatakan tidak lagi merasa minder.

Baiklah tujuannya memang baik. Tapi…

Sebagai seorang muslim tentu saja aku geli membacanya. Meskipun mereka anak kelas satu SD, tetap saja itu aurat *tepok jidat. Tomoe bagus memang ya bagus. Bukunya juga bagus, tapi buku ini agak berbahaya. Bagaimana seandainya pendidikan kita meniru Tomoe, sementara Tomoe itu meniru Barat. Agak bahaya lho jika orang awam membacanya. Takutnya merasa bahwa sistem Tomoe itulah yang paling benar. Kemudian melupakan bahwa ada sistem pendidikan yang jauh lebih baik lagi.

Sistem pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, sistem pendidikan yang diterapkan untuk para ulama terdahulu.

Buku ini bagus tapi hati-hati membacanya. Buku ini bagus tapi bagiku biasa saja.

totto chan

Paperback, 272 pages
Published January 2003 by Gramedia Pustaka Utama (first published 1981)
Original Title: 窓ぎわのトットちゃん
ISBN: 979220234X (ISBN13: 9789792202342)
Edition Language: Indonesian
Characters: Totto, Sosaku Kobayashi

Bulan

Selasa, 12 April 2016. Sekitar jam 2 siang di kelas 8 Internasional 2.

Anak-anak lagi kena virus ‘Bulan’nya Tere Liye. Pada ribut menjadi klan Bumi, Bulan, atau Matahari.

Sisi positifnya adalah anak-anak jadi suka membaca. Novel genre fantasi karya penulis Indonesia, jadi nggak hanya kenal Harry Potter aja.

Ceritanya masih tentang Raib, Seli, dan Ali yang bertualang di dunia paralel. Kalau di ‘Bumi’ mereka mengunjungi klan Bulan, kali ini mereka mengunjungi klan Matahari. Satu tokoh tambahan yang menyertai petualangan mereka adalah Ily. Tokoh ksatria cool yang bakalan bikin cewek langsung ngefans. Kita akan diajak jalan-jalan di negeri klan Matahari, yang katanya teknologinya paling maju.

Ngomong-ngomong tentang Bulan, tiga hari lalu aku beli dan sudah rampung membacanya. Meskipun awalnya nggak terlalu tertarik sama tulisan Tere Liye dengan genre seperti ini, tapi gara gara ngobrol sama Melin akhirnya tertarik dan langsung cus beli.

Seperti biasa, Tere Liye, jaminan nama untuk sebuah karya yang luar biasa. Kovernya senada dengan buku pendahulunya yaitu Bumi. Sejujurnya aku agak lupa sama cerita Bumi tapi kuputuskan mengingatnya sambil melahap Bulan. Sementara aku menyebut bahasa di novel Rindu itu empuk, kusebut bahasa pada Bulan ini renyah. Aku betah mengunyah terus terusan disertai suara kriuk-kriuk. Beda ketika membaca Bumi dulu, awal cerita agak bosan mungkin karena belum terima Tere Liye menulis genre fantasi, akhir cerita juga kecewa karena masalah diselesaikan oleh seekor beruang.

Alasan lain aku nggak terlalu suka adalah ini tuh anak-anak banget. Anak SMP SMA banget. Akhirnya anak-anak shipper antar tokohnya, Raib-Ily atau Raib-Ali. Ya memang sih tokohnya juga masih kelas sepuluh. Mungkin kalau aku seusia mereka juga bakalan suka banget.

Dunia paralel, putri, petualangan. Sejujurnya aku pernah menulis novel fantasi juga yang ceritanya berkisar itu. Kutulis ketika aku kelas sepuluh. Berakhir dengan penolakan penerbit. Lol. Walaupun ketika kubaca saat ini bakalan ketawa karena yeah anak kecil nulis novel – berantakan dan agak maksa, meskipun itu fantasi.

Makanya saat mengetahui Bulan rilis, aku nggak terlalu antusias. Tapi ternyata setelah membaca. Ah~ dia kan Tere Liye, selalu ada sesuatu yang lain diluar ekspektasiku. Bulan lebih renyah daripada Bumi.

bulan dan kimo
Bulan dan Kimo
Paperback, 400 pages
Published March 2015 by Gramedia Pustaka Utama
Original Title : Bulan
ISBN13 : 9786020314112
Edition Language : Indonesian
Series : Bumi #2

Labil

handlettering

Dulu waktu SMP pernah punya impian menjadi seorang Animator. Berencana kuliah di Jepang lalu kerja di studio animasi sekelas Ghibli.

Menginjak SMA, bisa dikatakan sudah sedikit lebih dewasa, mimpinya menjadi seorang Arsitek. Karena aku suka suka suka banget menggambar. Aku hanya berpikiran bahwa menggambar sepanjang hari dan setiap hari akan sangat menyenangkan. Nggak akan kerasa sedang ‘bekerja’. Yeah kalau nggak Arsitektur ya Despro lah, di sebuah institut favorit di Kota Pahlawan.

Kenyataannya adalah aku justru – Alhamdulillaah – diterima jalur PMDK jurusan Fisika. Itu sama sekali di luar impianku. Meski begitu aku nggak menyesal menghabiskan waktu empat tahun mempelajari fisika. Sejak bangku sekolah memang sudah cukup cinta fisika dan yasudahlah nggak menggambar tiap hari nggak papa lah, aku makin jatuh cinta sama fisika.

Ketika telah berstatus sarjana, aku bekerja di sekolah. I love school, meskipun aku bukan anak rajin. Rasanya berada di sekolah bersama siswa siswa terutama anak SMA itu ingin kembali bermimpi. Ingin ini ingin itu, menjadi ini itu.

Kuliah pascasarjana, targetku selanjutnya. Jurusan? Sebenernya nggak pengen di fisika lagi. Mungkin mempelajari ilmu pendidikannya lebih kuperlukan. Tapi sebenernya aku yang sudah terlanjur cinta sama ilmu material ingin belajar lebih jauh di teknik material. Walaupun di lubuk hati tetap dan kembali tertarik dengan ‘menggambar’, sepertinya jurusan desain atau apalah itu menyenangkan juga. Dan satu lagi, ketika SMA aku sempat berpikiran pengen kuliah bahasa – aku suka bahasa juga tapi urung karena pertimbanganku waktu itu adalah bahasa asing itu bisa dipelajari dengan mempelajari hal lain.

Aku khawatir terlalu banyak mikir malah nggak akan bergerak dan nggak terlaksana semua. Agak rempong.

Labil. Tapi kalau disuruh fokus, baiklah aku pilih material. Aku kangen banget hawa kampus. Bertemu berbagai macam karakter manusia, bisa berdiskusi, ikut komunitas, berada di lingkungan para pencari ilmu.

Labil. Makanya aku kadang agak memaklumi anak-anakku yang saat ini mungkin belum bisa fokus satu tujuan, lah gurunya aja agak labil. Apapun itu, pertama harus pilih kampusnya dulu. Lingkungan tempat belajar jauh lebih mempengaruhi daripada jurusan yang akan dipilih.

Labil. Meski begitu entah kuliah dimana atau enggak kuliah sekalipun. Jangan biarkan otak berhenti berpikir. Banyak membaca, banyak ngobrol sama orang, banyak dengerin kajian. Lalu diamalkan yah!

Apapun bidang yang kamu pilih. Jadilah ahlinya!